BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu pusat populasi amfibi di
dunia. Sayangnya, hanya sedikit orang Indonesia yang mengenal dan menyadari
kekayaan amfibi di Indonesia. Tidak jarang kita kurang mengenal dan memahami
amfibi yang berada di sekitarnya. Termasuk awam dalam pengertian amfibi,
ciri-ciri amfibi, jenis-jenis
amfibi di Indonesia, hingga keunikan,
manfaat, keterancaman, dan kondisi amfibi Indonesia. Populasi amfibi di
Indonesia adalah yang terbesar di Asia. Jumlah jenis atau spesiesnya mencapai
392 spesies dengan 176 spesies diantaranya adalah amfibi endemik Indonesia (Alamenda,
2014).
Amfibi adalah hewan yang secara taksonomi
dikelompokkan dalam kelas Amphibia. Secara singkat amfibi atau amfibia bisa
diberikan pengertian sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata), berdarah dingin
(poikiloterm), dan berkaki empat (tetrapoda) yang hidup di dua alam, yaitu di
air dan daratan. Kata Amphibia sendiri berasal bahasa Yunani yaitu amphi yang
berarti rangkap dan bios yang berarti kehidupan.Umumnya seekor amfibi bertelur
dan menempatkan telurnya di dalam air atau di tempat yang memiliki tingkat
kelembapan yang tinggi. Setelah menetas dan menjadi larva (berudu) amfibi hidup
di air atau tempat basah dan bernafas dengan menggunakan insang (Mukayat,
1989).
1
|
2
|
Dari kesemua jenis amfibi tersebut, yang banyak
dikenal di Indonesia adalah anggota ordo anura. Sedangkan amfibi dari ordo gymnophiona,
masih kurang diketahui dan jarang diteliti. Terkadang sesilia di Indonesia
disebut sebagai ulo duwel. Dari kesemua anggota jenis amfibi di Indonesia, IUCN
memasukan hingga 364 spesies dalam daftar merah (redlist). Tiga spesies
diantaranya terdaftar sebagai critically endangered (kritis), 9 spesies
endangered (terancam), 20 spesies vulnerable (rentan), 41 spesies near
threatened (hampir terancam), 129 spesies data deficient (data kurang), serta
162 sebagai least concern beresiko rendah (Mukayat, 1989).
Meskipun hanya memiliki dua ordo dari tiga ordo amfibi
yang ada di dunia, Indonesia merupakan salah satu pusat amfibi di dunia.
Keanekaragaman spesies, populasi, hingga endemisme amfibi Indonesia tidak perlu
diragukan. Sayangnya dua masalah klasik selalu menghantui yaitu tingginya
tingkat keterancaman akan kepunahan dan rendahnya perhatian terhadap dunia
amfibi di Indonesia. Dengan mengenal pengertian amfibi, ciri-ciri amfibi, jenis
dan contoh amfibi di Indonesia, serta kondisi dan ancaman terhadap
kelestariannya semoga menjadi modal awal untuk menunjukkan kepedulian kita (Alamenda,
2014).
1.2.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui
morfologi serta anatomi atas ciri-ciri yang diamati pada anggota kelas
amphibia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Amphibia merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru
dan tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia,
memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam
jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya
untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara percampuran
darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen
terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya
memberikan penigkatan yang berarti dalam efesiensi peredaran dan dengan
demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras
dan lebih banyak berubah-ubah (Kimball, 1999).
Amphibia hidup didekat air dan paling berlimpah di
habitat lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis sebagian besar amfibia
sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas
dengan lingkungannya. Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat
hidup baik dalam air tawar (tak ada yang di air laut) dan di darat.
Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan
insang) ke dewasa (ampfibius dan bernapas dengan paru-paru),namun
beberapa jenis amfhibia tetap mempunyai insang selama hidupnya.
Jenis-jenis yang sekarang ada tidak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis
dan basah (Campbell, 1999).
3
|
4
|
Dalam mempelajari ciri-ciri amphibian, dibedakan atas
kepala, badan dan anggota gerak. Kepala berbentuk segitiga , dengan moncong yang
tumpul, celah mulut lebar, bentuknya lebih kurang seperti bulan sabit. Rahang
bawah tidak bergerigi, rahang atas bergerigi atau tidak. Pada umumnya vomer
bergigi, kedudukan vomer terhadap nares posterior sangat penting untuk
diidentifikasi. Di dalam mulut terdapat lidah yang melekat pada dasar bawah
bagian anterior. Di sebelah ventro caudal mata terdapat selaput pendengar yang
lebar dan jelas dapat pula tertutup kulit sehingga bentuknya tidak jelas yang
disebut membran tympanum (Mukayat, 1989).
Pada badan bufo, badannya bulat, pada rana lebih
langsing, pada bufo punggung hampir rata, tanpa penonjolan, pada rana ada
penonjolan pada tempat pesendian antara columna vetebralis dengan gelang
panggul. Pada ujung posterior terdapat lubang kloaka. Untuk anggota gerak
tungkai depan lebih pendek, dibedakan atas humerus, radio, ulna, karpus dan
dilengkapi dengan 4 buah jari. tungkai belakang lebih panjang. Diantara
jari-jari pada umumnya terdapat selaput tipis yang ukuran lebarnya tergantung
dari jenisnya. Pada sisi ventral jari-jari kadang-kadang dilengkapi dengan
tuberculum suarticulare. Pada metatarsa luaratutau tuberculum metatarsal dalam
(Schaums, 1989).
Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya diair,
di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis
kodokpegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis
kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok
jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas
bahkan hingga menjadi kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan
5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga
kali dalam setahun. Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu
atau kecebong yang bertubuh mirip ikangendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air (Alamenda,
2014).
5
|
Banyak amphibia memperlihatkan prilaku sosial yang
kompleks dan beraneka ragam, khususnya selama musim kawin. Katak umumnya
merupakan makhluk yang diam, tetapi banyak spesies mengeluarkan suara-suaru
untuk memanggil pasangan kawin selama musim kawin. Jantan bias bersuara keras
untuk mempertahankan daerah kawin atau menarik betina (Kimball, 1989).
Keadaan kulit pada amphibian dapat kasar
berbintil-bintil dan kering, dapat pula licin dan lembab. Tidak dijumpai adanya
sisik, kadang-kadang kulit membentuk lipatan-lipatan tertentu baik pada badan
atau pada tungkai. Warna kulit Rana ditentukan
oleh adanya kronmathophora pada kelenjar kulit. Kromathophora yang mengandung
pigmen hitam dan cokelat disebut melanophora sedangkan lipophora mengandung pigmen
merah, kuning dan orange (Maskoeri, 1992).
Amphibia merupakan tetrapoda atau vetebrata
darat yang paling rendah. Tidak diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang
dengan ikan mungkin hal itu terjadi pada zaman devon. Transisi dari air ke
darat tampak pada, modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping masih
memiliki kemampuan berenang di air, tumbuhnya kaki, sebagai pengganti beberapa
pasang sirip, merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara,
pengganti insang oleh paru-paru (Alamenda, 2014).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 25
Februari 2015 pukul 13.00 WIB sampai
dengan 16.00 WIB. Bertempat
di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki bedah, gunting bedah,
kertas catatan, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Bufo sp dan Rana sp.
3.3. Cara Kerja
Bahan
yang diamati disiapkan dan kemiduan letakkan di atas baki bedah. Laluh diamati
morfologi yang menjadi ciri khas dari masing-masing bahan seperti bentuk tubuh,
sifat kulit, kepala dan bagiannya, bagian ventral dan dorsal pada
tubuhnya, alat gerak seperti jumlah jari
dan selaput jarinya, serta perbedaan Rana
sp dan Bufo sp. Diamati dengan
telitih badian warna kulit pada rahang bawah dan benjolan dari tungkai muka
untuk mementukan jenis kelamin. Salah satu dari bahan dibedah dan diamati
anatomi serta sistem tubuhnya seperti sistem reproduksi, peredaran darah dan
sistem pernapasannya. Gambarkan bentuk
luar dan anatominya beserta keterangan
gambar.
6
|
BAB 4
HASIL DAN
PEMBAHSAN
4.1. HASIL
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan didapatkan hasil:
4.1.1. Morfologi Rana
sp
1. Caput
2. Karpal
3.
Digiti
4.
Organon Visus
5.
Femur
6.
Tarsal
7. Rima oris
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Divisio/Filum :
Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili :
Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
Nama Umum :
Katak
7
|
8
|
1.
Caput
2.
Karpal
3.
Digiti
4.
Organon Visus
5.
Femur
6.
Tarsal
7. Rima
oris
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Divisio/Filum :
Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili :
Ranidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo sp
Nama Umum :
Kodok
9
|
1.
Hepar
2.
Oviduk
3.
Lung
4.
Kloaka
5.
Uterus
6.
Intestinum
7. Ren
8. Cor
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Divisio/Filum :
Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili :
Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
Nama Umum :
Katak
10
|
Berdasarkan praktikum tentang
amphibi diperoleh hasil bawah sebagian besar hidup katak hidup di air sedangkan
kodok lebih senang hidup di daratan. Menurut Campbell (1999) menyatakan bahwa, amphibia hidup didekat air dan paling berlimpah di
habitat lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis sebagian besar amfibia
sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas
dengan lingkungannya. Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat
hidup baik dalam air tawar tak ada yang di air laut dan di darat.
Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu akuatis dan bernapas dengan
insang ke dewasa ampfibius dan bernapas dengan paru-paru,namun beberapa
jenis amfhibia tetap mempunyai insang selama hidupnya.
Pada anatomi katak
jantan terdapat terdapat sepasang testi dan saluran vas deferens, sedangkan
pada katak jantan terdapat gonat atau telur serta oviduk. Menurut Alamenda
(2014) menyatakan bahwa, katak jantan memiliki tetis dan sedangkan katak betina
memiliki telur atau gonat. Beberapa jenis kodokpegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok
jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas
bahkan hingga menjadi kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan
5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga
kali dalam setahun.
Pada bagian morfologi katak jantan dan katak betina
dapat dibedakan dengan melihat bagian bintik hitam pada kantung suaranya. Pada
katak jantan terdapat bintik hitam pada bagian kantung suaranya sedangkan pada
katak betina tidak ada. Pada kodok jantan kantung suaranya berwarna lebih hitam
dari kantung suara pada kodok betina. Menurut Schaums (1989) menyatakan bahwa, Pada badan bufo, badannya bulat, pada rana lebih
langsing, pada bufo punggung hampir rata, tanpa penonjolan, pada rana ada
penonjolan pada tempat pesendian antara columna vetebralis dengan gelang
panggul. Pada ujung posterior terdapat lubang kloaka. Untuk anggota gerak
tungkai depan lebih pendek, dibedakan atas humerus, radio, ulna, karpus dan
dilengkapi dengan empat buah jari.
Sistem perdaran darah pada amphibi termasuk kedalam
peredaran dara tertutup dan termasuk kedalam hewan berdara dingin karena
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Menurut
Alamenda (2014) menyatakan bahwa, ciri-ciri
amfibi antara lain penutup
tubuhnya berupa kulit yang berlendir. Hewan berdarah dingin atau poikiloterm.
Amfibi mengalami metamorfosis sempurna. Hewan berkaki empat tetrapoda dengan
alat gerak berupa dua pasang kaki. Kaki amfibi memiliki selaput renang yang
terdapat di antara jari-jari kakinya. Jantung amfibi terdiri atas tiga ruangan
yaitu dua serambi dan satu bilik. Alat pernafasan amfibi setelah dan sebelum
bermetamorfosis berbeda. Saat masih kecebong alat pernapasannya berupa insang.
11
|
Amphibi mempunyai kulit yang kasar yaitu kodok yang
memiliki kulit yang kasar dan berbintil. Menurut Maskoeri (1992) menyatakan
bahwa, keadaan kulit pada amphibian dapat kasar berbintil-bintil dan kering,
dapat pula licin dan lembab. Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit
membentuk lipatan-lipatan tertentu baik pada badan atau pada tungkai. Warna
kulit Rana ditentukan
oleh adanya kronmathophora pada kelenjar kulit. Kromathophora yang mengandung
pigmen hitam dan cokelat disebut melanophora sedangkan lipophora mengandung pigmen
merah, kuning dan orange.
Pada kodok terdapat kelenjar racun sedangkan pada
katak tidak ada. Menurut Alamenda (2014) menyatakan bahwa, Katak umumnya katak tidak beracun, namun beberapa katak mampu
mengeluarkan racun alkaloid lipofilik pada kulit mereka, terutama mereka dengan
warna yang sangat mencolok.Kodok semua kodok memiliki kelenjar racun yg
terdapat di belakang mata mereka.
BAB
5
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang telah di lakukan di dapatkan kesimpulan yaitu:
1.
Katak lebih sering hidup di air sedangkan kodok lebih sering berada di daratan.
2.
Pada katak jantan terdapat testis dan pada katak betina terdapat telur atau
gonad.
3. Pada kodok jantan katung
suara berwarna lebih hitam dari kodok betina.
4. Pada morfologi katak jantan
terdapat bintik hitam sedangkan pada katak betina tidak terdapat.
5. Katak tidak mengandung
racun sedangkan kodok menganung racun.
12
|
LAMPIRAN GAMBAR
(dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)
13
|
DAFTAR PUSTAKA
Alamenda. 2014. Ciri-Ciri
Hewan Amphibi. Jakarta: Rineka Cipta.
300 hal.
Campbell,
NA. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
300 hal.
Jasin, Maskoeri.
1992. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Sinar Wijaya.
300 hal.
Kimball, JW. 1999. Biologi.
Jakarta: Erlangga.
300 hal.
Mukayat, Djarubito.1989.
Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
375
hal.
Schaums. 1989. Tss Biologi. Erlangga: Jakarta.
hal.
No comments:
Post a Comment