Wednesday, April 27, 2016

Amfibia

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu pusat populasi amfibi di dunia. Sayangnya, hanya sedikit orang Indonesia yang mengenal dan menyadari kekayaan amfibi di Indonesia. Tidak jarang kita kurang mengenal dan memahami amfibi yang berada di sekitarnya. Termasuk awam dalam pengertian amfibi, ciri-ciri amfibi, jenis-jenis amfibi di Indonesia, hingga keunikan, manfaat, keterancaman, dan kondisi amfibi Indonesia. Populasi amfibi di Indonesia adalah yang terbesar di Asia. Jumlah jenis atau spesiesnya mencapai 392 spesies dengan 176 spesies diantaranya adalah amfibi endemik Indonesia (Alamenda, 2014).
Amfibi adalah hewan yang secara taksonomi dikelompokkan dalam kelas Amphibia. Secara singkat amfibi atau amfibia bisa diberikan pengertian sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata), berdarah dingin (poikiloterm), dan berkaki empat (tetrapoda) yang hidup di dua alam, yaitu di air dan daratan. Kata Amphibia sendiri berasal bahasa Yunani yaitu amphi yang berarti rangkap dan bios yang berarti kehidupan.Umumnya seekor amfibi bertelur dan menempatkan telurnya di dalam air atau di tempat yang memiliki tingkat kelembapan yang tinggi. Setelah menetas dan menjadi larva (berudu) amfibi hidup di air atau tempat basah dan bernafas dengan menggunakan insang (Mukayat, 1989).

1
Ciri-ciri amfibi antara lain penutup tubuhnya berupa kulit yang berlendir. Hewan berdarah dingin (poikiloterm). Amfibi mengalami metamorfosis sempurna. Hewan berkaki empat (tetrapoda) dengan alat gerak berupa dua pasang kaki. Kaki amfibi memiliki selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya. Jantung amfibi terdiri atas tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik. Alat pernafasan amfibi setelah dan sebelum bermetamorfosis berbeda. Saat masih kecebong alat pernapasannya berupa insang. Setelah dewasa bernafas dengan paru-paru dan kulit. Kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang berfungsi mencegah air tersedot masuk ke dalam tubuh ketika menyelam. Mata amfibi memiliki selaput tambahan atau membrana niktitans (Alamenda, 2014).

2
Jenis-Jenis amfibi di Indonesia, amfibi (amphibia) terbagi menjadi tiga ordo yaitu anura (kodok dan katak), caudata (salamander), dan gymnophiona (sesilia). Ordo anura dikenal juga sebagai kodok atau katak. Ordo ini terdiri atas sekitar 55 famili dengan jumlah spesies mencapai 6.455 di seluruh dunia. Indonesia memiliki 351 spesies kodok dan katak yang telah teridentifikasi. Contoh amfibi dari ordo anura yang hidup di Indonesia antara lain katak pelangi (ansonia latidisca). Ordo caudata dikenal juga sebagai salamander. Ordo ini terdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 671 jenis. Ordo ini tidak terdapat di Indonesia. Ordo gymnophiona dikenal juga sebagai Sesilia. Ordo ini erdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 200 jenis. Beberapa jenis yang hidup di Indonesia antara lain  indonesia caecilian (Maskoeri, 1992).
Dari kesemua jenis amfibi tersebut, yang banyak dikenal di Indonesia adalah anggota ordo anura. Sedangkan amfibi dari ordo gymnophiona, masih kurang diketahui dan jarang diteliti. Terkadang sesilia di Indonesia disebut sebagai ulo duwel. Dari kesemua anggota jenis amfibi di Indonesia, IUCN memasukan hingga 364 spesies dalam daftar merah (redlist). Tiga spesies diantaranya terdaftar sebagai critically endangered (kritis), 9 spesies endangered (terancam), 20 spesies vulnerable (rentan), 41 spesies near threatened (hampir terancam), 129 spesies data deficient (data kurang), serta 162 sebagai least concern beresiko rendah (Mukayat, 1989).
Meskipun hanya memiliki dua ordo dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, Indonesia merupakan salah satu pusat amfibi di dunia. Keanekaragaman spesies, populasi, hingga endemisme amfibi Indonesia tidak perlu diragukan. Sayangnya dua masalah klasik selalu menghantui yaitu tingginya tingkat keterancaman akan kepunahan dan rendahnya perhatian terhadap dunia amfibi di Indonesia. Dengan mengenal pengertian amfibi, ciri-ciri amfibi, jenis dan contoh amfibi di Indonesia, serta kondisi dan ancaman terhadap kelestariannya semoga menjadi modal awal untuk menunjukkan kepedulian kita (Alamenda, 2014).

1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui morfologi serta anatomi atas ciri-ciri yang diamati pada anggota kelas amphibia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Amphibia merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya memberikan penigkatan yang berarti dalam efesiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Kimball, 1999).
Amphibia hidup didekat air dan paling berlimpah di habitat lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis sebagian besar amfibia sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar  (tak ada yang di air laut) dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (ampfibius dan bernapas dengan paru-paru),namun  beberapa jenis amfhibia tetap mempunyai insang selama hidupnya. Jenis-jenis yang sekarang ada tidak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah (Campbell, 1999).

3
Amphibi merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Schaums, 1989).

4
Ada 3 bangsa dalam kelas amphibian, yaitu ordo audata (urodela), adalah amphibia yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya berbentuk seperti bengkarung  (kadal). Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedang jenis-jenis lain insangnya hilang, ordo salienta (anura), pandai melompat, pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan dewasa bernapas dengan paru-paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik. Fertilisasi eksternal ordo apoda (gymnophiana), tengkorak kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan cairan yang merangsang. antara mata dan hidung ada tentakel yang dapat ditonjolkan keluar (Kimball, 1989).
Dalam mempelajari ciri-ciri amphibian, dibedakan atas kepala, badan dan anggota gerak. Kepala berbentuk segitiga , dengan moncong yang tumpul, celah mulut lebar, bentuknya lebih kurang seperti bulan sabit. Rahang bawah tidak bergerigi, rahang atas bergerigi atau tidak. Pada umumnya vomer bergigi, kedudukan vomer terhadap nares posterior sangat penting untuk diidentifikasi. Di dalam mulut terdapat lidah yang melekat pada dasar bawah bagian anterior. Di sebelah ventro caudal mata terdapat selaput pendengar yang lebar dan jelas dapat pula tertutup kulit sehingga bentuknya tidak jelas yang disebut membran tympanum (Mukayat, 1989).
Pada badan bufo, badannya bulat, pada rana lebih langsing, pada bufo punggung hampir rata, tanpa penonjolan, pada rana ada penonjolan pada tempat pesendian antara columna vetebralis dengan gelang panggul. Pada ujung posterior terdapat lubang kloaka. Untuk anggota gerak tungkai depan lebih pendek, dibedakan atas humerus, radio, ulna, karpus dan dilengkapi dengan 4 buah jari. tungkai belakang lebih panjang. Diantara jari-jari pada umumnya terdapat selaput tipis yang ukuran lebarnya tergantung dari jenisnya. Pada sisi ventral jari-jari kadang-kadang dilengkapi dengan tuberculum suarticulare. Pada metatarsa luaratutau tuberculum metatarsal dalam (Schaums, 1989).
Kodok  dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya diair, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodokpegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun. Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong yang bertubuh mirip ikangendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air (Alamenda, 2014).

5
Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil. Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan (Maskoeri, 1992).
Banyak amphibia memperlihatkan prilaku sosial yang kompleks dan beraneka ragam, khususnya selama musim kawin. Katak umumnya merupakan makhluk yang diam, tetapi banyak spesies mengeluarkan suara-suaru untuk memanggil pasangan kawin selama musim kawin. Jantan bias bersuara keras untuk mempertahankan daerah kawin atau menarik betina (Kimball, 1989).
Keadaan kulit pada amphibian dapat kasar berbintil-bintil dan kering, dapat pula licin dan lembab. Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit membentuk lipatan-lipatan tertentu baik pada badan atau pada tungkai. Warna kulit Rana ditentukan oleh adanya kronmathophora pada kelenjar kulit. Kromathophora yang mengandung pigmen hitam dan cokelat disebut melanophora sedangkan lipophora mengandung pigmen merah, kuning dan orange (Maskoeri, 1992).
Amphibia merupakan tetrapoda atau vetebrata  darat yang paling rendah. Tidak diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan mungkin hal itu terjadi pada zaman devon. Transisi dari air ke darat tampak pada, modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping masih memiliki kemampuan berenang di air, tumbuhnya kaki, sebagai pengganti beberapa pasang sirip, merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara, pengganti insang oleh paru-paru (Alamenda, 2014).
 BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.      Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 25 Februari 2015 pukul 13.00  WIB sampai dengan  16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya.

3.2.      Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki bedah, gunting bedah, kertas catatan, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Bufo sp dan Rana sp.

3.3.      Cara Kerja
            Bahan yang diamati disiapkan dan kemiduan letakkan di atas baki bedah. Laluh diamati morfologi yang menjadi ciri khas dari masing-masing bahan seperti bentuk tubuh, sifat kulit, kepala dan bagiannya, bagian ventral dan dorsal pada tubuhnya,  alat gerak seperti jumlah jari dan selaput jarinya, serta perbedaan Rana sp dan Bufo sp. Diamati dengan telitih badian warna kulit pada rahang bawah dan benjolan dari tungkai muka untuk mementukan jenis kelamin. Salah satu dari bahan dibedah dan diamati anatomi serta sistem tubuhnya seperti sistem reproduksi, peredaran darah dan sistem pernapasannya.  Gambarkan bentuk luar dan  anatominya beserta keterangan gambar.








6
 


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1.      HASIL
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil:
4.1.1.   Morfologi Rana sp
                                                Keterangan gambar:
                                                1. Caput
                                                2. Karpal
                                                3. Digiti
                                                4. Organon Visus
                                                5. Femur
                                                6. Tarsal
                                                            7. Rima oris

                                                            Klasifikasi:
                                                            Kingdom                     : Animalia
                                                            Divisio/Filum             : Chordata
                                                            Kelas                           : Amphibia
                                                            Ordo                            : Anura
                                                            Famili                         : Ranidae
                                                            Genus                          : Rana
                                                            Spesies                        : Rana sp
                                                            Nama Umum              : Katak







7
 



8
4.1.2.   Morfologi Bufo sp
                                                Keterangan gambar:
                                                1. Caput
                                                2. Karpal
                                                3. Digiti
                                                4. Organon Visus
                                                5. Femur
                                                6. Tarsal
                                                            7. Rima oris

                                                            Klasifikasi:
                                                            Kingdom                     : Animalia
                                                            Divisio/Filum             : Chordata
                                                            Kelas                           : Amphibia
                                                            Ordo                            : Anura
                                                            Famili                         : Ranidae
                                                            Genus                          : Bufo
                                                            Spesies                        : Bufo sp
                                                            Nama Umum              : Kodok














9
4.1.3.   Anatomi Rana sp
                                                Keterangan gambar:
                                                1. Hepar
                                                2. Oviduk
                                                3. Lung
                                                4. Kloaka
                                                5. Uterus
                                                6. Intestinum
                                                            7. Ren
                                                            8. Cor

                                                            Klasifikasi:
                                                            Kingdom                     : Animalia
                                                            Divisio/Filum             : Chordata
                                                            Kelas                           : Amphibia
                                                            Ordo                            : Anura
                                                            Famili                         : Ranidae
                                                            Genus                          : Rana
                                                            Spesies                        : Rana sp
                                                            Nama Umum              : Katak












10
4.2.      Pembahasan
            Berdasarkan praktikum tentang amphibi diperoleh hasil bawah sebagian besar hidup katak hidup di air sedangkan kodok lebih senang hidup di daratan. Menurut Campbell (1999) menyatakan bahwa, amphibia hidup didekat air dan paling berlimpah di habitat lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis sebagian besar amfibia sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar  tak ada yang di air laut dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu akuatis dan bernapas dengan insang ke dewasa ampfibius dan bernapas dengan paru-paru,namun  beberapa jenis amfhibia tetap mempunyai insang selama hidupnya.
Pada anatomi katak jantan terdapat terdapat sepasang testi dan saluran vas deferens, sedangkan pada katak jantan terdapat gonat atau telur serta oviduk. Menurut Alamenda (2014) menyatakan bahwa, katak jantan memiliki tetis dan sedangkan katak betina memiliki telur atau gonat. Beberapa jenis kodokpegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.
Pada bagian morfologi katak jantan dan katak betina dapat dibedakan dengan melihat bagian bintik hitam pada kantung suaranya. Pada katak jantan terdapat bintik hitam pada bagian kantung suaranya sedangkan pada katak betina tidak ada. Pada kodok jantan kantung suaranya berwarna lebih hitam dari kantung suara pada kodok betina. Menurut Schaums (1989) menyatakan bahwa, Pada badan bufo, badannya bulat, pada rana lebih langsing, pada bufo punggung hampir rata, tanpa penonjolan, pada rana ada penonjolan pada tempat pesendian antara columna vetebralis dengan gelang panggul. Pada ujung posterior terdapat lubang kloaka. Untuk anggota gerak tungkai depan lebih pendek, dibedakan atas humerus, radio, ulna, karpus dan dilengkapi dengan empat buah jari.
Sistem perdaran darah pada amphibi termasuk kedalam peredaran dara tertutup dan termasuk kedalam hewan berdara dingin karena dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Menurut  Alamenda (2014) menyatakan bahwa, ciri-ciri amfibi antara lain penutup tubuhnya berupa kulit yang berlendir. Hewan berdarah dingin atau poikiloterm. Amfibi mengalami metamorfosis sempurna. Hewan berkaki empat tetrapoda dengan alat gerak berupa dua pasang kaki. Kaki amfibi memiliki selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya. Jantung amfibi terdiri atas tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik. Alat pernafasan amfibi setelah dan sebelum bermetamorfosis berbeda. Saat masih kecebong alat pernapasannya berupa insang.

11
Kelas ampibi dibagi menjadi tiga ordo yaitu anura, urodela, dan gymnophiania. Menurut Kimball (1989) menyatakan bahwa, ada tiga bangsa dalam kelas amphibian, yaitu ordo urodela, adalah amphibia yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya berbentuk seperti bengkarung. Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedang jenis-jenis lain insangnya hilang, ordo anura, pandai melompat, pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan dewasa bernapas dengan paru-paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik. Fertilisasi eksternal ordo gymnophiana, tengkorak kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan cairan yang merangsang. antara mata dan hidung ada tentakel yang dapat ditonjolkan keluar.
Amphibi mempunyai kulit yang kasar yaitu kodok yang memiliki kulit yang kasar dan berbintil. Menurut Maskoeri (1992) menyatakan bahwa, keadaan kulit pada amphibian dapat kasar berbintil-bintil dan kering, dapat pula licin dan lembab. Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit membentuk lipatan-lipatan tertentu baik pada badan atau pada tungkai. Warna kulit Rana ditentukan oleh adanya kronmathophora pada kelenjar kulit. Kromathophora yang mengandung pigmen hitam dan cokelat disebut melanophora sedangkan lipophora mengandung pigmen merah, kuning dan orange.
Pada kodok terdapat kelenjar racun sedangkan pada katak tidak ada. Menurut Alamenda (2014) menyatakan bahwa, Katak umumnya katak tidak beracun, namun beberapa katak mampu mengeluarkan racun alkaloid lipofilik pada kulit mereka, terutama mereka dengan warna yang sangat mencolok.Kodok semua kodok memiliki kelenjar racun yg terdapat di belakang mata mereka.
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan di dapatkan kesimpulan yaitu:
1. Katak lebih sering hidup di air sedangkan kodok lebih sering berada di daratan.
2. Pada katak jantan terdapat testis dan pada katak betina terdapat telur atau gonad.
3. Pada kodok jantan katung suara berwarna lebih hitam dari kodok betina.
4. Pada morfologi katak jantan terdapat bintik hitam sedangkan pada katak betina tidak terdapat.
5. Katak tidak mengandung racun sedangkan kodok menganung racun.





















12
 


LAMPIRAN GAMBAR

                                  
       (dokumen pribadi)                                                     (dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)








13
 


DAFTAR PUSTAKA

Alamenda. 2014. Ciri-Ciri Hewan Amphibi. Jakarta: Rineka Cipta. 300 hal.
Campbell, NA. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga. 300 hal.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Sinar Wijaya. 300 hal.
Kimball, JW. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga. 300 hal.
Mukayat, Djarubito.1989.  Zoologi Dasar.  Jakarta: Erlangga.  375  hal.
Schaums. 1989. Tss Biologi. Erlangga: Jakarta. hal.


No comments:

Post a Comment