Wednesday, April 27, 2016

keanekaragaman mollusca di desa Serdang Menang

KEANEKARAGAMAN FILUM MOLLUSCA DI SUNGAI DESA SERDANG MENANG KECAMATAN SIRAH PULAU PADANG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

Ari Sugiarto
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya

ABSTRAK
            Hewan lunak (filum mollusca), dengan kira-kira 100.000 spesies yang masih  hidup. Terdiri atas hewan bertubuh lunak, tidak bersegmen (kecuali satu), banyak diantaranya dilindungi oleh satu atau lebih cangkang yang terbuat dari kapur (kalsium karbonat). Ada tujuh kelas Mollusca, lima diantaranya banyak kita jumpai. Ketujuh kelas tersebut Polyplacophora atau Amphineura (chiton), Gastropoda (keong), Pelecypoda (kerang), Cephalopoda (cumi-cumi atau gurita), dan Scaphopoda (cangkang tanduk), Aplacophora (oleh sementara ahli zoologi dipisahkan menjadi ordo di bawah kelas Amphineura), dan Monoplacophora (hewan yang bercangkang yang terkecil). Penelitian ini di lakukan pada hari Sabtu tanggal 07 November 2015, di sungai desa Serdang Menang, kecamatan Sirah Pulau Padang, kabupaten Ogan Komering Ilir. Hasil mendapatkan bahwa habitat dari kebanyakan Mollusca yang ditemukan berada pada sungai yang memiliki arus yang tenang. Kebanyakan spesies yang ditemukan termasuk kedalam kelas Gastropoda dan kelas Bivalvia. Dominasi waran cangkang dari mollusca yang ditemukan didominasi oleh warna cokelat kehitaman, cokelat kekuningan, dan coklat kehijauan.  Kebanyakan Mollusca yang ditemukan permukaan cangkangnya banyak ditumbuhi oleh lumut.

Kata kunci: Hewan lunak (Mollusca), Habitat, Kelas Mollusca, Cangkang





PENDAHULUAN
            Hewan lunak (filum mollusca), dengan kira-kira 100.000 spesies yang masih  hidup. Menurut Campbell et al (2003), anggota filum mollusca lebih dari 150.000 spesies yang telah diketahui. Pada waktu ini filum mollusca  termasuk filum hewan yang sangat penting. Terdiri atas hewan bertubuh lunak, tidak bersegmen (kecuali satu), banyak diantaranya dilindungi oleh satu atau lebih cangkang yang terbuat dari kapur (kalsium karbonat). Cangkang (katub) ini dibuat oleh sebuah lipatan dinding tubuh yang khusus yang disebut mantel. Sebagian besar molusca hidup di air   laut,  tetapi  banyak yang ditemukan di air tawar dan beberapa didaratan (kimbal, 1999).
            Mollusca memperlihatkan keanekaragaman yang luas dalam pola strukturnya. Beberapa Mollusca mempunyai dinding yang terbagi menjadi dua. Ada lagi yang dindingnya terbagi-bagi menjadi banyak bagian. Tetapi ada pula yang  anggota-anggotanya yang tidak mempunyai dinding. Beberapa jenis merayap pada permukaan yang keras. Jenis lain bergerak sangat perlahan-lahan dengan susah payah melalui pasir dan lumpur, sedangkan ada lagi yang menggunakan pancaran air untuk dapat majau, seperti gurita dan cumi-cumi (Yayasan Studi Kurikulum Biologi, 1992).
            Filum mallusca meliputi keong, kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, sotong, dan sebangsanya. Bentuk simetri bilateral, tidak beruas, dan banyak diantara mereka mempunyai cangkang dari kapur. Kerang, tiram, keong, dan cumi-cumi nampak sekilas tidak menunjukkan bentuk serupa, akan tetapi jika dipelajari secara teliti mereka mempunyai beberapa struktur yang sama. Salah satunya adalah alat yang disebut kaki. Pada keong kaki ini biasanya digunakan untuk merayap atau berjalan di permukaan, pada kerang digunakan untuk mengeduk melalui dasar lumpur dan pada cumi-cumi untuk menangkap mangsa. Dalam masing-masing tubuh hewan ini terdapat suatu rongga yang dinamakan mantel yang terletak diantara dan mantel, yaitu suatu amplop pembungkus (Romimohtarto & juwana, 2007).
            Ciri khasnya dari mollusca bertubuh lunak dengan kepalah disebelah anterior (pada Bivalvia rudimeter), biasanya dengan lidah parut (radula), kaki ventral besar berotot (pada sefalopoda  termodifikasi menjadi tangan), dengan viseral biasanya dalam punuk sebelah dorsal kaki.
            Sifat khas filum ini secara singkat diterangkan bahwa bentuk simetri bilateral, tubuh biasanya pendek, saluran pencernaan lengkap, sistem sirkulasi mencangkup jantung sebelah punggung dengan satu atau dua aurikel (auricle) atau rongga atas dan satu ventrikel, pernapasan dilakukan oleh satu atau banyak insang ktenidium (ctenidium) atau sebuah paru-paru didalam rongga mantel, ekskresi oleh ginjal yang disebut nefridia, sistem saraf tipikal terdiri dari tiga pasang ganglia, dan kelamin biasanya terpisah.
            Ada tujuh kelas Mollusca, lima diantaranya banyak kita jumpai. Ketujuh kelas tersebut Polyplacophora atau Amphineura (chiton), Gastropoda (keong), Pelecypoda (kerang), Cephalopoda (cumi-cumi atau gurita), dan Scaphopoda (cangkang tanduk), Aplacophora (oleh sementara ahli zoologi dipisahkan menjadi ordo di bawah kelas Amphineura), dan Monoplacophora (hewan yang bercangkang yang terkecil). Kelima  kelas tersebut dibagi menurut kesimetrian bentuknya, sifat-sifat kaki, cangkang, dan insang, dan sistem saraf (Romimohtarto & Juwana, 2007).
            Lapisan luar punuk viseral disebut mantel, biasanya tertutupi oleh cangkang. Mantel melindungi rongga mantel yang biasanya mengandung insang, anus dan bukaan ginjal serta saluran reproduksi. Terdapat jantung, sirkulasi seringkali mencakup komponen terbuka (hemosoe) dan komponen tertutup. Sistem saraf terdiri atas tali saraf dan ganglion. Perkembangan sebagian besar dengan pembelahan spiral, seringkali dengan larva tropokor (Abercrombie et al, 1993).
            Siklus hidup tahap mollusca laut meliputi tahap larva bersilia yang disebut trofokor, yang merupakan karakteristik annelida laut dan beberapa protostoma lainnya. Akan tetapi molusca tidak memiliki sifat yang paling  menentukan bagi keturunan annelida segmentasi sejati. Bangun dasar tubuh molusca telah berkembang dengan berbagai cara pada kelas yang berlainan dalam suatu filum. Sebagai besar mollusca memiliki sistem sirkulasi terbuka dengan jantung dorsal yang memompa cairan sirkulasi (hemolimfa) melalui arteri kedalam sinus (ruang tubuh) yang menggenagi organ itu (Campbell et al, 2003).
            Insang dari remis merupakan lempengan pipih  yang panjang dan menjulur kearah bawah dari tubuh yang berada di dalam cangkang keras. Silia pada insang mensirkulasi air di sekitar permukaan insang (Campbell et al, 2004). Sistem syaraf dari mollusca beragam dengan derajat sentralisasi  yang umum berkorelasi dengan cara hidup. Sefalopoda (cumi-cumi dan gurita) mempunyai sistem syaraf yang tersetralisir dan tersentralisasi yang mendukung cara hidupnya yang aktif dan bersifat pemangsa.
             Jenis filum Mollusca yang hidup di sungai desa Serdang Menang Kecamatan Sirah Pulau Padang kabupaten Ogan Komering Ilir belum banyak diketahui jenis spesiesnya, oleh sebab itu harus ditelitih keanekaragaman jenis filum Mollusca yang hidup di sungai tersebut. Sebelumnya belum ada penelitian yang menjelaskan tentang keanekaragam filum Mollusca di sungai tersebut, oleh sebab itu penulis melakukan penelitian yang lebih mendalam.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
            Penelitian ini di lakukan pada hari Sabtu tanggal 07 November 2015, di sungai desa Serdang Menang, kecamatan Sirah Pulau Padang, kabupaten Ogan Komering Ilir.

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada penilitian ini yaitu toples, jaring, sampan,  dan alat tulis. Sedangkan bahan yang  dibutuhkan yaitu formalin.
Cara Kerja
            Menyelusuri sepanjang sungai dengan sampan, pada tempat pengambilan sampel filum Mollusca yang ditangkap menggunakan jaring atau dengan tangan secara langsung. Selain itu dengan berjalan kaki menyelusuri sungai yang dangkal dan mengambil sampel dengan jaring atau tangan, dan pengambilan sampel juga dilakukan dengan menyelami sungai untuk mendapatkan sampel. Sampel yang didapat kemudian dimasukkan kedalam toples yang berisi formalin, sampel yang didapat kemudian diidentifikasi jenisnya.

HASIL dan PEMBAHASAN
Spesies ini hidup pada tepian sungai yang berlumpur dan juga ditemukan pada tanah berpasir. Selain sedang ditemukan dipermukaan tanah langsung, hewan ini juga ditemukan menempel pada permukaan yang berada disungai. Cangkang dari hewan ini berwarna coklat kehitaman, selain itu pada tepian sungai yang berlumpur cangkang hewan ini sering ditumbuhi oleh lumut. 

Spesies ini didapatkan hampir disetiap kedalaman sungai. Biasanya ditemukan pada tanah yang berpasir. Tetapi juga terdapat pada tanah yang berlumpur. Pada cangkang spesies ini terdapat seperti garis-garis yang melengkung yang mengikuti bentuk cangkang dari spesies ini.  

Spesies ini jumlahnya sedikit dan ditemukan pada bagian  sungai yang dangkal, memiliki arus yang tenang, dan pada tanah yang berpasir serta sedikit pada permukaan tanahnya berlumpur.
   
Hewan ini jarang ditemukan disepanjang sungai hewan ini ditemukan menempel pada permukaan benda yang hanyut terbawa aliran sungai dan ditemukan juga pada permukaan tanah yang memiliki arus yang tenang.

Hewan ini biasanya ditemukan hampir pada setiap kedalaman sungai baik pada tanah berpasir, lumpur, maupun terdapat  pada tanah liat. Spesies ini memiliki cangakang yang pipih yang bentuknya lonjong. Selain itu hewan ini hidup pada sungai yang memiliki arus yang tenang.

Spesies ini ditemukan pada tepian sungai, bagian sungai yang dangkal, menempel pada eceng gondok ataupun menempel pada permukaan benda lainnya yang berada disungai. Selain itu spesies ini ditemukan hidup berdampingan dengan jumlah kelompok yang bervariasi.

Spesies ini ditemukan pada tepian sungai dan juga ditemukan menempel pada permukaan benda yang berada disungai. Jumlahnya tidak terlalu banyak biasanya ditemukan tidak dalam berkelompok.

Spesies ini kebanyakan  ditemukan pada tepian sungai, baik menempel pada permukaan benda atau ditemukan pada permukaan tanah. Memiliki cangkang yang bergarigi serta warnanya coklat kehitaman.

            Habitat dari kebanyakan mollusca yang ditemukan berada pada sungai yang memiliki arus yang tenang. Kebanyakan spesies yang ditemukan termasuk kedalam kelas Gastropoda dan kelas Bivalvia. Menurut Campbell et al (2003), kelas filum mollusca yang terbesar Gastropoda, memiliki lebih dari 40.000 spesies yang hidup. Gastropoda adalah hewan berukuran relatif besar yang menarik. Cangkang asimetri dan biasanya menggulung seperti ulir memutar kekanan, selain itu hewan ini juga menggendong cangkang, kakinya besar dan lebar untuk merayap di batu atau mengeduk pasir atau lumpur (Romimohtarto & Juwana, 2007)
            Dominasi waran cangkang dari mollusca yang ditemukan didominasi oleh warna cokelat kehitaman, cokelat kekuningan, dan coklat kehijauan.  Kebanyakan mollusca yang ditemukan permukaan cangkangnya banyak ditumbuhi oleh lumut, ini dikarenakan kebanyakan mollusca yang ditemukan hidup pada bagian sungai yang berlumpur.
              

KESIMPULAN
1.             Kebanyakan mollusca yang ditemukan pada sungai di desa Serdang Menang kecamatan Sirah Pulau Padang kabupaten Ogan Komering Ilir termasuk kedalam kelas gastropoda dan bivalvia.
2.             Mollusca yang ditemukan kebanyakan  hidup disungai dengan arus yang tenang.
3.             Sebagian besar mollusca yang ditemukan ini memiliki cangkang yang ditumbuhi oleh lumut, dikarenakan habitatnya yang banyak berada pada tanah yang berlumpur.
4.             Warna cangkang dari spesies mollusca yang ditemukan di dominasi oleh warna  cokelat kehitaman, cokelat kekuningan, dan coklat kehijauan.
5.             Mollusca yang ditemukan hidup pada kedalaman sungai yang bervariasi.

Daftar Pustaka
Abercrombie, M., M. Hickman., M. L.          Johnson., dan M. Thain. 1993.             Kamus Lengkap Biologi. Erlangga:   Jakarta.  668 hlm.
Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G.         Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2           Edisi ke-5. Erlangga: Jakarta.      404 hlm.
Kimball, J. W. 1999. Biologi Jilid 3 Edisi    Kelima. Erlangga: Jakarta.  320      hlm.
Romimohtarto, K. & S. Juwana. 2007.          Biologi Laut Ilmu Pengetahuan             Tentang Biota Laut. Djambatan:        Jakarta.  538 hlm.
Yayasan Studi Kurikulum Biologi. 1992.      Biologi Umum. Gramedia: Jakarta.     249 hlm.

  



sistem reproduksi

ABSTRAK

            Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan pada tanggal 8 April 2015 pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Pada pembelajaran praktikum tentang sistem reproduksi bertujuan untuk mengetahui dan mengamati organ-organ yang berperan penting dalam sistem reproduksi. Alat yang di gunakan pada praktikum kali ini yaitu alat tulis, baki beda, buku kerja, dan gunting bedah. Sedangkan alat yang dibutuhkan yaitu Claria batracus, Mus musculus, Rana sp,  dan Valanga sp. Organ reproduksi pada jantan terdiri dari testis sedangkan pada organ reproduksi betina terdiri dari ovarium. Reproduksi sendiri bertujuan untuk melangsungkan keturunan agar tidak terjadi kepunahan. Proses dari pembuahan sel telur oleh sperma dinamakan fertilisasi. Sel telur hanya dapat dibuahi oleh satu sperma. Hormon yang mempengaruhi sstem reproduksi yaitu hormon testosteron pada jantan dan hormon esterogen pada  betina.

































BAB 1
PENDAHULUAN

1.2.      Latar Belakang
            Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu (Tenzer, 2003).
            Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup, perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya hewan akuatik padda umumnya melakukan fertilisasid\ di luar tubuh (fertilisasi eksterna), sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh  atau fertilisasi interna. Bagi hewan yang melakukan fertilisasi interna dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina (Pratiwi,1996).
            Untuk mempertahankan jenisnya maka, suatu organnisme akan melakukan perkembangbiakan. Sistem yang berperan dalam perkembangbiakan hewan adalah sistem reproduksi. Sistem reproduksi pada vertebrata adalah sistem reproduksi seksual. Secara umum sistem reproduksi pada vertebrata terdiri atas kelenjar kelamin (gonad), saluran reproduksi, dan kelenjar seks aksesori (pada mamalia). Hewan-hewan yang melakuakan vertilisasi secara internal, yang jantan memiliki organ kopulatoris yang berfungsi untuk menyalurkan sperma dari organisme jantan ke saluran reproduksi betina. Organ utama penyusun sistem reproduksi adalah gonad. Pada hewan jantan, gonadnya berupa testis sedangkan pada yang betina disebut ovarium. Gonad berfungsi sebagai penghasil sel kelamin (sel gamet). Gamet jantan disebut spermatozoa sedang yang betina sel telur (Irfan, 1990).
Text Box: 1            Pada pisces sistem genitalia jantan terdiri atas testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Baian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka secara terpisah (Pratiwi, 1996).

            Sistem genitalia betina terdiri atas ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang. Saluran reproduksi elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka. (Irfan, 1990).
            Pada amphibi sistem genitalia jantan terdiri atas testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Tanzer, 2003).

1.2.      Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati organ-organ yang berperan penting dalam sistem respirasi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

            Sistem genitalia betina terdiri dari ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal.oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka. (Irfan, 1990).
            Pada reptil sistem genitalia jantan terdiri atas testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis (Tanzer, 2003).
            Sistem genitalia betina terdiri atas ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur      (Irfan, 1990).
            Pada aves sistem genitalia jantan terdiri atas testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimisyang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka (Tanzer, 2003).
            Sistem genitalia betina terdiri atas ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur. (Irfan, 1990).
            Pada mamalia sistem genitalia jantan terdiri dari testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum, dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen dan rongga skrotum disebut saluran inguinal. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis. Epididimis anterior (kaput epididimis) lalu kea rah posteriorkorpuus dan kauds yang berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf menjadi epididimis, duktud deferen, dan vesikula seminalis (Tanzer, 2003).
            Sistem genitalia betina terdiri atas ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan terletak di dalam rongga pelvis. Saluran reproduksi. Pada monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri yang berasal dari duktus Muller. Oviduk bagian posteriornya berdilatasi membentuk uterus yang mensekresikan bungkus telur. Pada mamalia yang lain duktus Muller membentuk oviduk, uterus, dan vagina. Ada 4 macam tipe uterus yaitu dupleks, uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke vagina. Bipartil, uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan satui lubang. Bikornuat, bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara ke vagina dengan satu lubang. Simpleks, semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus (Irfan, 1990).
            Organ kopulatoris jantan, pada  pisces organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip pelvis pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei sirip anal memanjang membentuk gonopodium. Pada amphibi tidak memiliki organ kopulatoris jarena fertilisasinya terjadi secara eksternal. Pada reptil, semua reptil selain spenodon memilikiorgan kopulatoris, ular dan kadal mempunyai hemi penis, sedangkan pada buaya penis. Pada aves berupa penis yang serupa dengan penis pada kura-kura maupun buaya. Pada mamalia, pada monotremata mirip dengan yang terdapat pada kura-kura, sedangkan untuk mamalia yang lebih tinggi, penis terletak di sebelah anterior skrotum (Irfan, 1990).
            Organ reproduksi interna betina terdiri atas vulva pada primata terdapat dua lapisan kulit, yaitu labia minora yang terletak di tepi vestibulumyang terbuka. Pada kera dan manusia terdapat labia mayora. Di bagian dinding ventral dari vestibula terdapat klitoris yang homolog dengan penis. Di kedua sisi vesti bulum terdapat kelenjar seks asesori yaitu kelenjar Bartholin. Kelenjar susu hanya terdapat pada mamalia. Kelenjar susu merupakan modifikasi dari kelenjar keringat. Perkembangannya dikontrol oleh hormon estrogen dan progesterone. Produksi susu dirangsang oleh hormon prolaktin, sedangkan pengeluaran susu dirangsang oleh hormon oksitosin (Pratiwi, 1996).
            Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran-salurannya. Kelenjar kelamin jantan disebut testis. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobule yang dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif. Saluran sperma terdiri dari dua bagian. Pada beberapa ikan, misalnya ikan salmon, tidak memiliki kantung seminal, tetapi pada bagian luar saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi mengatur komposisi ion-ion cairan seminal dan mensekresi hormon (Irfan, 1990).

            Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui proses meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II. Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur. Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk yaitu : kantung kuning telur (yolk vesicle), butiran kuning telur (yolk globule) dan tetesan minyak (oil droplet). Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan pada perkembangan selanjutnya, menjadi kortikal alveoli (Pratiwi, 1996).
            Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot. Pada proses pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel (haploid). Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur (monosperm). Meskipun berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos mikrofil dan bersatu dengan inti sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikrofil tersebut dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain masuk (Tanzer, 2003).
            Jenis-jenis kelamin yaitu gonochoristic, jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin) contoh: sebagian besar ikan masuk kategori ini (elasmobranch, cypriniforms, salmoniforms). Hermaphroditic,  keungkinan terjadi perubahan kelamin setelah pematangan gonad Simultaneous (satu individu ikan mempnyai dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina). Contoh: rivulus, hamlet, serranus Sequential ikan mengalami perubahan kelamin dari jantan ke betina, atau sebaliknya (Irfan, 1990).
            Sistem genitalia pada ikan berfungsi untuk melakukan perkembangbiakan. Organ utama pada ikan jantan berupa testis yang nantinya akan menghasilkan spermatozoa. Organ utama pada ikan betina berupa ovarium yang nantinya akan menghasilkan ovum. Ketika gamet jantan yaitu spermatozoa dan gamet betina yaitu ovum bila terjadi pembuahan akan menghasilkan zigot (individu baru) dan terjadi perkembangan embrio di dalam telur (Pratiwi, 1996).
            Ovary pada ikan terdiri dari banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki ukuran telur sendiri, ada yang besar dan ada yang kecil. Ukuran telur akan menentukan jumlah telur yang dimiliki oleh seekor induk. Ikan yang memiliki ukuran telur besar contohnya ikan Nila dan Arwana, akan memiliki jumlah telur yang lebih sedikit disbanding dengan ikan yang ukuran telurnya kecil seperti ikan Cupang dan Mas. Hal ini disebabkan oleh kapasitas yang dimiliki si induk untuk menampung telur. Ukuran telur ikan banyak ditentukan oleh ukuran kuning telurnya. Makin besar kuning telur makin besar pula peluang embrio untuk bertahan hidup (Tanzer, 2003).
            Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah/ lubang urogenital (Pratiwi, 1996).
            Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Bahian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleosteisaluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju (Tanzer, 2003).





BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.      Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 April 2015 pukul 13.00  WIB sampai dengan  16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya.

3.2.      Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki bedah, buku kerja, dan gunting bedah. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Claria batracus, Mus musculus, Preparat awetan, Rana sp dan Valanga sp .

3.3.      Cara Kerja
            Disiapka bahan yang akan diamati dan diletakkan di atas baki. Diamati organ respirasi dari masing-masing bahan. Untuk preparat awetan disiapkan mikroskop untuk melakukan pengamatan. Digambar pada buku kerja.













 


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      HASIL
            Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil:
4.1.1.   Anatomi Claria batrachus
                                                                        Klasifikasi:
                                                                        Kingdom          : Animalia
                                                                        Divisio / Filum: Chordata
                                                                        Kelas               : Pisces
                                                                        Ordo                : Siluriformes
                                                                        Famili              : Claridae
                                                                        Genus              : Claria
                                                                        Spesies             : Claria batrachus
                                                                        Nama Umum    : Ikan lele
                                                                       
                                                                        Keterangan gambar:
1.     Intestinum
2.     Ventriculus
3.     Ovarium
4.     Cor
5.     Hepar
6.     Empedu
7.     Ren
8.     Kloaka
9.     Pulmo





 


4.1.2.   Anatomi Mus musculus
                                                                        Klasifikasi:
                                                                        Kingdom          : Animalia
                                                                        Divisio / Filum: Chordata
                                                                        Kelas               : Mammalia
                                                                        Ordo                : Rodentia
                                                                        Famili              : Muridae
                                                                        Genus              : Mus
                                                                        Spesies             : Mus musculus
                                                                        Nama Umum    : Mencit
                                                                       
                                                                        Keterangan gambar:
1.     Intestinum
2.     Ventriculus
3.     Testis
4.     Ureter
5.     Vesica urinaria
6.     Cor
7.     Hepar
8.     Empedu
9.     Ren
10.  Kloaka
11.  Pulmo









4.1.3.   Anatomi Valanga sp
                                                                        Klasifikasi:
                                                                        Kingdom          : Animalia
                                                                        Divisio / Filum: Chordata
                                                                        Kelas               : Insecta
                                                                        Ordo                : Orthoptera
                                                                        Famili              : Acridrodae
                                                                        Genus              : Valanga
                                                                        Spesies             : Valanga sp
                                                                        Nama Umum   : Belalang
                                                                       
                                                                        Keterangan gambar:
1.     Intestinum
2.     Ventriculus
3.     Ovarium
4.     Cor
5.     Hepar
6.     Empedu
7.     Gonad













Text Box: 124.2.      Pembahasan
            Berdasarkan praktikum tentang sistem reproduksi diperoleh hasil bahwa pada jantan organ reproduksi terdiri atas testis dan pada betina terdiri atas ovarium. Menurut Tenzer (2003) menyatakan bahwa, sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu.
            Reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan keturunan. Reproduksi merupakan perkembangbiakan secarah seksual dimana terjadi pertemuan antara sel telur dengan sperma. Menurut Irfan (1990) menyatakan bahwa, untuk mempertahankan jenisnya maka, suatu organnisme akan melakukan perkembangbiakan. Sistem yang berperan dalam perkembangbiakan hewan adalah sistem reproduksi. Sistem reproduksi pada vertebrata adalah sistem reproduksi seksual. Secara umum sistem reproduksi pada vertebrata terdiri atas kelenjar kelamin, saluran reproduksi, dan kelenjar seks aksesori. Hewan yang melakuakan vertilisasi secara internal, yang jantan memiliki organ kopulatoris yang berfungsi untuk menyalurkan sperma dari organisme jantan ke saluran reproduksi.           Fertilisasi merupakan proses pembuahan sel telur oleh sperma. Sel telur hanya dapat dibuahi oleh satu sperma. Menururt Tenzer (2003) menyatakan bahwa, pembuahan adalah bersatunya oosit dengan sperma membentuk zigot. Pada proses pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti ini masing-masing mengandung gen sebanyak satu sel. Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur. Meskipun berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos mikrofil dan bersatu dengan inti sel telur.
            Perkembangan sel gamet betina terjadi pada ovarium, perkembangan gamet ini juga disebut dengan oogenesis. Menurut Pratiwi (1996) menyatakan bahwa, Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui proses meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II. Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur. Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk yaitu : kantung kuning telur, butiran kuning telur dan tetesan minyak.
Text Box: 13            Testis merupakan organ reproduksi jantan yang berjumlah sepasang, bentuknya oval. Proses pembentukan sperma disebut dengan spermatogenesis. Menurut Tanzer (2003) menyatakan bahwa, testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. Saluran reproduksi, pada  beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Bahian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka.
            Perbedaan anatomi akan menyebabkan terjadinya perbedaan fertilisasi. Hewan aquatik melakukan fertilisasi diluar tubuh sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh. Menurut Pratiwi (1996) menyatkan bahwa, reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup, perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya hewan akuatik pada umumnya melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi eksterna), sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh  atau fertilisasi interna. Bagi hewan yang melakukan fertilisasi interna dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina.
            Jika tidak di buahi oleh sperma sel telur akan mati dan dindidng rahim akan meluruh peristiwa ini disebut dengan menstruasi. Menurut Irfan (1990) menyatakan bahwa, peristiwa menstruasi disebabkan oleh sel telur yang tidak dibuahi akan mati dan dinding rahim yang menebal akan luruh. Menstruasi ini biasaanya berlangsusng dalam siklus satu bulan sekali.
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan di dapatkan kesimpulan yaitu:
1. Organ reproduksi pada jantan berupa testis sedangkan organ reproduksi pada betina berupa ovarium.
2. Reproduksi bertujuan untuk memeprtahankan ketururnan dari kepunahan.
3. Proses pembuahan sel telur oleh sperma disebut fertilisasi.
4. Proses pembentukan sperma disebut spermatogenesis sedangkan proses pembentukan telur disebut oogenesis.
5. pada hewan invertebrata darat melekukan fertilisasi internal sedangkan pada hewan invertebrata aquatik melakukan fertilisai secarah eksternal.

















Text Box: 14
 


LAMPIRAN GAMBAR

          
             (dokumen pribadi)                                          (dokumen pribadi)
             (dokumen pribadi)






Text Box: 15
 


DAFTAR PUSTAKA

Irfan. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta: Universitas    Gaja Mada.  300 hal.

Pratiwi, DA. 1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga.   300 hal.
Tenzer, Amy.  2003.  Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Universitas             Malang.  300 hal.

Tenzer, Amy. 2003. Bahan  Ajar  Strutur  Hewan II.  Malang: Dirjen Dikti.  300
            hal.