Wednesday, April 27, 2016

Amfibia

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu pusat populasi amfibi di dunia. Sayangnya, hanya sedikit orang Indonesia yang mengenal dan menyadari kekayaan amfibi di Indonesia. Tidak jarang kita kurang mengenal dan memahami amfibi yang berada di sekitarnya. Termasuk awam dalam pengertian amfibi, ciri-ciri amfibi, jenis-jenis amfibi di Indonesia, hingga keunikan, manfaat, keterancaman, dan kondisi amfibi Indonesia. Populasi amfibi di Indonesia adalah yang terbesar di Asia. Jumlah jenis atau spesiesnya mencapai 392 spesies dengan 176 spesies diantaranya adalah amfibi endemik Indonesia (Alamenda, 2014).
Amfibi adalah hewan yang secara taksonomi dikelompokkan dalam kelas Amphibia. Secara singkat amfibi atau amfibia bisa diberikan pengertian sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata), berdarah dingin (poikiloterm), dan berkaki empat (tetrapoda) yang hidup di dua alam, yaitu di air dan daratan. Kata Amphibia sendiri berasal bahasa Yunani yaitu amphi yang berarti rangkap dan bios yang berarti kehidupan.Umumnya seekor amfibi bertelur dan menempatkan telurnya di dalam air atau di tempat yang memiliki tingkat kelembapan yang tinggi. Setelah menetas dan menjadi larva (berudu) amfibi hidup di air atau tempat basah dan bernafas dengan menggunakan insang (Mukayat, 1989).

1
Ciri-ciri amfibi antara lain penutup tubuhnya berupa kulit yang berlendir. Hewan berdarah dingin (poikiloterm). Amfibi mengalami metamorfosis sempurna. Hewan berkaki empat (tetrapoda) dengan alat gerak berupa dua pasang kaki. Kaki amfibi memiliki selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya. Jantung amfibi terdiri atas tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik. Alat pernafasan amfibi setelah dan sebelum bermetamorfosis berbeda. Saat masih kecebong alat pernapasannya berupa insang. Setelah dewasa bernafas dengan paru-paru dan kulit. Kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang berfungsi mencegah air tersedot masuk ke dalam tubuh ketika menyelam. Mata amfibi memiliki selaput tambahan atau membrana niktitans (Alamenda, 2014).

2
Jenis-Jenis amfibi di Indonesia, amfibi (amphibia) terbagi menjadi tiga ordo yaitu anura (kodok dan katak), caudata (salamander), dan gymnophiona (sesilia). Ordo anura dikenal juga sebagai kodok atau katak. Ordo ini terdiri atas sekitar 55 famili dengan jumlah spesies mencapai 6.455 di seluruh dunia. Indonesia memiliki 351 spesies kodok dan katak yang telah teridentifikasi. Contoh amfibi dari ordo anura yang hidup di Indonesia antara lain katak pelangi (ansonia latidisca). Ordo caudata dikenal juga sebagai salamander. Ordo ini terdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 671 jenis. Ordo ini tidak terdapat di Indonesia. Ordo gymnophiona dikenal juga sebagai Sesilia. Ordo ini erdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 200 jenis. Beberapa jenis yang hidup di Indonesia antara lain  indonesia caecilian (Maskoeri, 1992).
Dari kesemua jenis amfibi tersebut, yang banyak dikenal di Indonesia adalah anggota ordo anura. Sedangkan amfibi dari ordo gymnophiona, masih kurang diketahui dan jarang diteliti. Terkadang sesilia di Indonesia disebut sebagai ulo duwel. Dari kesemua anggota jenis amfibi di Indonesia, IUCN memasukan hingga 364 spesies dalam daftar merah (redlist). Tiga spesies diantaranya terdaftar sebagai critically endangered (kritis), 9 spesies endangered (terancam), 20 spesies vulnerable (rentan), 41 spesies near threatened (hampir terancam), 129 spesies data deficient (data kurang), serta 162 sebagai least concern beresiko rendah (Mukayat, 1989).
Meskipun hanya memiliki dua ordo dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, Indonesia merupakan salah satu pusat amfibi di dunia. Keanekaragaman spesies, populasi, hingga endemisme amfibi Indonesia tidak perlu diragukan. Sayangnya dua masalah klasik selalu menghantui yaitu tingginya tingkat keterancaman akan kepunahan dan rendahnya perhatian terhadap dunia amfibi di Indonesia. Dengan mengenal pengertian amfibi, ciri-ciri amfibi, jenis dan contoh amfibi di Indonesia, serta kondisi dan ancaman terhadap kelestariannya semoga menjadi modal awal untuk menunjukkan kepedulian kita (Alamenda, 2014).

1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui morfologi serta anatomi atas ciri-ciri yang diamati pada anggota kelas amphibia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Amphibia merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya memberikan penigkatan yang berarti dalam efesiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Kimball, 1999).
Amphibia hidup didekat air dan paling berlimpah di habitat lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis sebagian besar amfibia sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar  (tak ada yang di air laut) dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (ampfibius dan bernapas dengan paru-paru),namun  beberapa jenis amfhibia tetap mempunyai insang selama hidupnya. Jenis-jenis yang sekarang ada tidak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah (Campbell, 1999).

3
Amphibi merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Schaums, 1989).

4
Ada 3 bangsa dalam kelas amphibian, yaitu ordo audata (urodela), adalah amphibia yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya berbentuk seperti bengkarung  (kadal). Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedang jenis-jenis lain insangnya hilang, ordo salienta (anura), pandai melompat, pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan dewasa bernapas dengan paru-paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik. Fertilisasi eksternal ordo apoda (gymnophiana), tengkorak kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan cairan yang merangsang. antara mata dan hidung ada tentakel yang dapat ditonjolkan keluar (Kimball, 1989).
Dalam mempelajari ciri-ciri amphibian, dibedakan atas kepala, badan dan anggota gerak. Kepala berbentuk segitiga , dengan moncong yang tumpul, celah mulut lebar, bentuknya lebih kurang seperti bulan sabit. Rahang bawah tidak bergerigi, rahang atas bergerigi atau tidak. Pada umumnya vomer bergigi, kedudukan vomer terhadap nares posterior sangat penting untuk diidentifikasi. Di dalam mulut terdapat lidah yang melekat pada dasar bawah bagian anterior. Di sebelah ventro caudal mata terdapat selaput pendengar yang lebar dan jelas dapat pula tertutup kulit sehingga bentuknya tidak jelas yang disebut membran tympanum (Mukayat, 1989).
Pada badan bufo, badannya bulat, pada rana lebih langsing, pada bufo punggung hampir rata, tanpa penonjolan, pada rana ada penonjolan pada tempat pesendian antara columna vetebralis dengan gelang panggul. Pada ujung posterior terdapat lubang kloaka. Untuk anggota gerak tungkai depan lebih pendek, dibedakan atas humerus, radio, ulna, karpus dan dilengkapi dengan 4 buah jari. tungkai belakang lebih panjang. Diantara jari-jari pada umumnya terdapat selaput tipis yang ukuran lebarnya tergantung dari jenisnya. Pada sisi ventral jari-jari kadang-kadang dilengkapi dengan tuberculum suarticulare. Pada metatarsa luaratutau tuberculum metatarsal dalam (Schaums, 1989).
Kodok  dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya diair, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodokpegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun. Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong yang bertubuh mirip ikangendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air (Alamenda, 2014).

5
Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil. Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan (Maskoeri, 1992).
Banyak amphibia memperlihatkan prilaku sosial yang kompleks dan beraneka ragam, khususnya selama musim kawin. Katak umumnya merupakan makhluk yang diam, tetapi banyak spesies mengeluarkan suara-suaru untuk memanggil pasangan kawin selama musim kawin. Jantan bias bersuara keras untuk mempertahankan daerah kawin atau menarik betina (Kimball, 1989).
Keadaan kulit pada amphibian dapat kasar berbintil-bintil dan kering, dapat pula licin dan lembab. Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit membentuk lipatan-lipatan tertentu baik pada badan atau pada tungkai. Warna kulit Rana ditentukan oleh adanya kronmathophora pada kelenjar kulit. Kromathophora yang mengandung pigmen hitam dan cokelat disebut melanophora sedangkan lipophora mengandung pigmen merah, kuning dan orange (Maskoeri, 1992).
Amphibia merupakan tetrapoda atau vetebrata  darat yang paling rendah. Tidak diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan mungkin hal itu terjadi pada zaman devon. Transisi dari air ke darat tampak pada, modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping masih memiliki kemampuan berenang di air, tumbuhnya kaki, sebagai pengganti beberapa pasang sirip, merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara, pengganti insang oleh paru-paru (Alamenda, 2014).
 BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.      Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 25 Februari 2015 pukul 13.00  WIB sampai dengan  16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya.

3.2.      Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki bedah, gunting bedah, kertas catatan, dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Bufo sp dan Rana sp.

3.3.      Cara Kerja
            Bahan yang diamati disiapkan dan kemiduan letakkan di atas baki bedah. Laluh diamati morfologi yang menjadi ciri khas dari masing-masing bahan seperti bentuk tubuh, sifat kulit, kepala dan bagiannya, bagian ventral dan dorsal pada tubuhnya,  alat gerak seperti jumlah jari dan selaput jarinya, serta perbedaan Rana sp dan Bufo sp. Diamati dengan telitih badian warna kulit pada rahang bawah dan benjolan dari tungkai muka untuk mementukan jenis kelamin. Salah satu dari bahan dibedah dan diamati anatomi serta sistem tubuhnya seperti sistem reproduksi, peredaran darah dan sistem pernapasannya.  Gambarkan bentuk luar dan  anatominya beserta keterangan gambar.








6
 


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1.      HASIL
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil:
4.1.1.   Morfologi Rana sp
                                                Keterangan gambar:
                                                1. Caput
                                                2. Karpal
                                                3. Digiti
                                                4. Organon Visus
                                                5. Femur
                                                6. Tarsal
                                                            7. Rima oris

                                                            Klasifikasi:
                                                            Kingdom                     : Animalia
                                                            Divisio/Filum             : Chordata
                                                            Kelas                           : Amphibia
                                                            Ordo                            : Anura
                                                            Famili                         : Ranidae
                                                            Genus                          : Rana
                                                            Spesies                        : Rana sp
                                                            Nama Umum              : Katak







7
 



8
4.1.2.   Morfologi Bufo sp
                                                Keterangan gambar:
                                                1. Caput
                                                2. Karpal
                                                3. Digiti
                                                4. Organon Visus
                                                5. Femur
                                                6. Tarsal
                                                            7. Rima oris

                                                            Klasifikasi:
                                                            Kingdom                     : Animalia
                                                            Divisio/Filum             : Chordata
                                                            Kelas                           : Amphibia
                                                            Ordo                            : Anura
                                                            Famili                         : Ranidae
                                                            Genus                          : Bufo
                                                            Spesies                        : Bufo sp
                                                            Nama Umum              : Kodok














9
4.1.3.   Anatomi Rana sp
                                                Keterangan gambar:
                                                1. Hepar
                                                2. Oviduk
                                                3. Lung
                                                4. Kloaka
                                                5. Uterus
                                                6. Intestinum
                                                            7. Ren
                                                            8. Cor

                                                            Klasifikasi:
                                                            Kingdom                     : Animalia
                                                            Divisio/Filum             : Chordata
                                                            Kelas                           : Amphibia
                                                            Ordo                            : Anura
                                                            Famili                         : Ranidae
                                                            Genus                          : Rana
                                                            Spesies                        : Rana sp
                                                            Nama Umum              : Katak












10
4.2.      Pembahasan
            Berdasarkan praktikum tentang amphibi diperoleh hasil bawah sebagian besar hidup katak hidup di air sedangkan kodok lebih senang hidup di daratan. Menurut Campbell (1999) menyatakan bahwa, amphibia hidup didekat air dan paling berlimpah di habitat lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis sebagian besar amfibia sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar  tak ada yang di air laut dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu akuatis dan bernapas dengan insang ke dewasa ampfibius dan bernapas dengan paru-paru,namun  beberapa jenis amfhibia tetap mempunyai insang selama hidupnya.
Pada anatomi katak jantan terdapat terdapat sepasang testi dan saluran vas deferens, sedangkan pada katak jantan terdapat gonat atau telur serta oviduk. Menurut Alamenda (2014) menyatakan bahwa, katak jantan memiliki tetis dan sedangkan katak betina memiliki telur atau gonat. Beberapa jenis kodokpegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.
Pada bagian morfologi katak jantan dan katak betina dapat dibedakan dengan melihat bagian bintik hitam pada kantung suaranya. Pada katak jantan terdapat bintik hitam pada bagian kantung suaranya sedangkan pada katak betina tidak ada. Pada kodok jantan kantung suaranya berwarna lebih hitam dari kantung suara pada kodok betina. Menurut Schaums (1989) menyatakan bahwa, Pada badan bufo, badannya bulat, pada rana lebih langsing, pada bufo punggung hampir rata, tanpa penonjolan, pada rana ada penonjolan pada tempat pesendian antara columna vetebralis dengan gelang panggul. Pada ujung posterior terdapat lubang kloaka. Untuk anggota gerak tungkai depan lebih pendek, dibedakan atas humerus, radio, ulna, karpus dan dilengkapi dengan empat buah jari.
Sistem perdaran darah pada amphibi termasuk kedalam peredaran dara tertutup dan termasuk kedalam hewan berdara dingin karena dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Menurut  Alamenda (2014) menyatakan bahwa, ciri-ciri amfibi antara lain penutup tubuhnya berupa kulit yang berlendir. Hewan berdarah dingin atau poikiloterm. Amfibi mengalami metamorfosis sempurna. Hewan berkaki empat tetrapoda dengan alat gerak berupa dua pasang kaki. Kaki amfibi memiliki selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya. Jantung amfibi terdiri atas tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik. Alat pernafasan amfibi setelah dan sebelum bermetamorfosis berbeda. Saat masih kecebong alat pernapasannya berupa insang.

11
Kelas ampibi dibagi menjadi tiga ordo yaitu anura, urodela, dan gymnophiania. Menurut Kimball (1989) menyatakan bahwa, ada tiga bangsa dalam kelas amphibian, yaitu ordo urodela, adalah amphibia yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya berbentuk seperti bengkarung. Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedang jenis-jenis lain insangnya hilang, ordo anura, pandai melompat, pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan dewasa bernapas dengan paru-paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik. Fertilisasi eksternal ordo gymnophiana, tengkorak kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan cairan yang merangsang. antara mata dan hidung ada tentakel yang dapat ditonjolkan keluar.
Amphibi mempunyai kulit yang kasar yaitu kodok yang memiliki kulit yang kasar dan berbintil. Menurut Maskoeri (1992) menyatakan bahwa, keadaan kulit pada amphibian dapat kasar berbintil-bintil dan kering, dapat pula licin dan lembab. Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit membentuk lipatan-lipatan tertentu baik pada badan atau pada tungkai. Warna kulit Rana ditentukan oleh adanya kronmathophora pada kelenjar kulit. Kromathophora yang mengandung pigmen hitam dan cokelat disebut melanophora sedangkan lipophora mengandung pigmen merah, kuning dan orange.
Pada kodok terdapat kelenjar racun sedangkan pada katak tidak ada. Menurut Alamenda (2014) menyatakan bahwa, Katak umumnya katak tidak beracun, namun beberapa katak mampu mengeluarkan racun alkaloid lipofilik pada kulit mereka, terutama mereka dengan warna yang sangat mencolok.Kodok semua kodok memiliki kelenjar racun yg terdapat di belakang mata mereka.
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan di dapatkan kesimpulan yaitu:
1. Katak lebih sering hidup di air sedangkan kodok lebih sering berada di daratan.
2. Pada katak jantan terdapat testis dan pada katak betina terdapat telur atau gonad.
3. Pada kodok jantan katung suara berwarna lebih hitam dari kodok betina.
4. Pada morfologi katak jantan terdapat bintik hitam sedangkan pada katak betina tidak terdapat.
5. Katak tidak mengandung racun sedangkan kodok menganung racun.





















12
 


LAMPIRAN GAMBAR

                                  
       (dokumen pribadi)                                                     (dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)








13
 


DAFTAR PUSTAKA

Alamenda. 2014. Ciri-Ciri Hewan Amphibi. Jakarta: Rineka Cipta. 300 hal.
Campbell, NA. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga. 300 hal.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Sinar Wijaya. 300 hal.
Kimball, JW. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga. 300 hal.
Mukayat, Djarubito.1989.  Zoologi Dasar.  Jakarta: Erlangga.  375  hal.
Schaums. 1989. Tss Biologi. Erlangga: Jakarta. hal.


PERBANDINGAN SKENARIO KEN (KEBIJAKAN ENERGI NASINAL) DAN BAU (BUSSINES AS USUAL)

MAKALAH INI DITULIS UNTUK MENYELESAIKAN TUGAS MATA KULIAH BIOENERGI




Disusun oleh:
NAMA            : ARI SUGIARTO
                         EKI WIDYA .S  
                          HERU SAPUTRA
                        M. EKO INDRA
                                     RIZKY HARISNANDO

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hj. Hilda Zulkifli M.Si., DEA


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya sehinggah penulis telah berhasil menyusun makalah ini yang berjudul Perbadingan skenario penggunaan energi oleh KEN (Kebijakan Energi Nasional) dan BAU (Business As Usual). Penulisan makalah ini supayah kita dapat mengetahui perbedaan skenario pengguaan energi di masa yang akan datang dan membandingkan skenario yang dibuat KEN (Kebijakan Energi Nasional)  dan BAU (Business As Usual) serta menentukan skenario mana yang paling akurat.
Makalah ini berisi tentang skenario penggunaan energi di Indonesia menurut KEN (Kebijakan Energi Nasional)  dan BAU (Business As Usual). Selain makalah ini juga membahas skenario penggunaan energi mana yang paling akurat baik dari KEN (Kebijakan Energi Nasional) atau BAU (Business As Usual). Perbadingan skenario penggunaan energi di masa yang akan datang oleh KEN (Kebijakan Energi Nasional) dan BAU (Business As Usual) juga akan dibahas dalam makalah ini. 
Penulisan menyadari walaupun sudah berusaha maksimal dalam membuat makalah ini, tetapi masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan kata maupun dalam hal penyusunan. Demikianlah makalah ini dibuat untuk mengingatkan kita bahwa baik KEN (Kebijakan Energi Nasional) dan BAU (Business As Usual)  memiliki rancangan skenario penggunaan energi yang bertujuan untuk menghemat energi.










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN.....................................................................................................
            1.1. Latar Belakang......................................................................................
            1.2. Rumusan masalah.................................................................................
            1.3. Tujuan....................................................................................................
BAB 2
PEMBAHASAN.......................................................................................................
            2.1. Pengertian KEN dan BAU....................................................................
            2.2. Skenario KEN........................................................................................
                        2.2.1. Dalam Sektor Industri...........................................................
                        2.2.2. Dalam Sektor Transportasi...................................................
                        2.2.3. Dalam Sektor Rumah Tangga...............................................
                        2.2.4. Dalam Sektor Komersil.........................................................
                        2.2.5. Dalam Sektor Lainnya...........................................................
                        2.2.6. Penggunaan Non Energi........................................................
            2.3. Skenario BAU........................................................................................
                        2.3.1. Dalam Sektor Industri...........................................................
                        2.3.2. Dalam Sektor Transportasi...................................................
                        2.3.3. Dalam Sektor Rumah Tangga...............................................
                        2.3.4. Dalam Sektor Komersil.........................................................
                        2.3.5. Dalam Sektor Lainnya...........................................................
                        2.3.6. Penggunaan Non Energi........................................................
            2.4. Perbandingan Skenario KEN dan BAU..............................................
BAB 3
PENUTUP..............................................................................................
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................
          4.1. Kesimpulan..........................................................................................
            4.2. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
























BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Beberapa tahun terahir pengguaan energi di Indonesia terus meningkat beberapa persen dari tahun ketahun. Peningkatan penggunaan energi ini memang tidak dapat dipungkiri, dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat. Penggunaan energi sendiri sangat vital dalam kelangsungan hidup masyarakat dalam berbagai bidang. Di Indonesia sendiri penggunaan energi masih didominasi dari bahan bakar fosil yang diprediksi bahan bakar ini akan habis dalam waktu dekat, selain itu penggunaan bahan bakar fosil ini juga menyebabkan polusi udara. Tentutanya dalam hal ini perlu adanya suatu perancangan dalam skenario penggunaan energi dimasa yang akan datang agar dapat diprediksi kenaikan pemakaian energi pertahunnya.
Lembaga seperti KEN dan BAU merupakan lembaga yang memilik peranan dalam memperkirakan penggunaan energi dari tahun ketahunnya. Lembaga ini sendiri memiliki perbedaan dalam skenario penggunaan energi dari tahun ketahun. Perbedaan ini memang dapat dilihat dalam grafik skenario pemakaian energi yang dibuat oleh KEN dan BAU. Di Indinesia sendiri perlu perancanagn peningkatan pemakaian energi dalam berbagai bidang, dalam hal ini skenario KEN dan BAU dapat membantu dalam memprediksi jumlah pemakaian energi dimasah yang akan datang.
 Penggunaan energi yang besar harus ditekan menjadi seefisien mungkin guna untuk menghemat energi. Selain itu Indonesia juga perlu skenario yang akurat dalam penggunaan energi yang akan datang agar tidak terjadi kesenjangan energi dimasa yang akan datang. Selain itu juga untuk penghetan biaya anggaran yang digunakan untuk energi. Dalam hal ini perlu pembuktian skenario penggunaan energi mana yang lebih akurat baik dari KEN atau dari BAU. Keakuratan skenario KEN atau BAU ini dapat dibandingkan dalam perancangan penggunaan energi dari berbagai sektor. Skenario yang efektif dapat membantu dalam pemerinta dalam menyiapakan kebutuhan energi dan dapat merincikan berapa dana yang dibutuhkan untuk penggunaan energi.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa itu KEN dan BAU ?
b. Skenario penggunaan energi oleh KEN dan BAU
c. Skenario penggunaan energi mana yang lebih efisien dalam memprediksi      peningkatan pemakaian energi dimasa yang akan datang.

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain
1.    Mengetahui apa itu KEN dan BAU.
2.    Melihat skenario penggunaan energi dimasa yang akan datang oleh KEN dan BAU.
3.    Membandingkan skenario yang dibuat oleh KEN dan BAU.














BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian KEN dan BAU
KEN merupakan singkatan dari Kebijakan Energi Nasional. KEN sering disebut juga dengan skenario alternatif dalam memeperkirakan penggunaan energi dimasa yang akan datang.  Skenario Skenario KEN adalah skenario prakiraan energi dengan intervensi rancangan kebijakan KEN yang baru yang mencakup konservasi dan diversifikasi energi dan pengembangan energi terbarukan yang mempertimbangkan pengurangan emisi gas-gas rumah kaca dari sektor energi.
BAU merupakan singkatan dari Business As Usual. BAU ini sering disebut juga dengan skenario dasar prakiraan energi. Skenario Dasar adalah skenario prakiraan energi yang merupakan kelanjutan dari perkembangan historis atau tanpa ada intervensi kebijakan Pemerintah yang dapat merubah perilaku historis. Selain asumsi-asumsi dasar yang telah disebutkan sebelumnya, proyeksi penyediaan energi nasional jangka panjang pada skenario BAU memerlukan beberapa asumsi lainnya.

2.2. Skenario KEN
Skenario Skenario KEN adalah skenario prakiraan energi dengan intervensi rancangan kebijakan KEN yang baru yang mencakup konservasi dan diversifikasi energi dan pengembangan energi terbarukan yang mempertimbangkan pengurangan emisi gas-gas rumah kaca dari sektor energi. Skenario KEN ini dapat kita lihat pada berbagai sektor yaitu:
2.2.1. Dalam Sektor Industri
      Perkembangan permintaan energi final sektor industri 2011-2030 untuk skenario KEN . meningkat dari 49,9 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 235,8 juta TOE pada tahun 2030, atau meningkat rata-rata sebesar 8,5% per tahun. Dapat dilihat permintan energi sektor industri untuk skenario KEN lebih rendah dari pada skenario dasar. Skenario oleh KEN ini didominasi oleh penggunaan  batubara dan gas. Hal ini dapat dilihat pada grafik permintaan energi final oleh KEN disektor industri.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Industri Menurut Skenario KEN.

2.2.2. Dalam Bidang Transportasi
          Perkembangan permintan energi sektor transportasi 2011-2030 untuk skenario KEN meningkat dari 39 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 103 juta TOE pada tahun 2030 atau meningkat rata-rata sebesar 5,2% per tahun. Lebih rendahnya pertumbuhan permintaan energi (meskipun tidak terlalu signifikan) pada skenario KEN ini terkait dengan upaya penggunaan moda transportasi massal seperti kereta rel listrik (KRL) dan bus serta peningkatan kondisi infrastruktur sesuai dengan program MP3EI.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Transportasi Skenario KEN     

2.2.3. Dalam Sektor Rumah Tangga
          Pada skenario KEN, pertumbuhan permintaan energi di sektor rumah tangga diperkirakanakan lebih rendah dibanding skenario BAU. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan energi nasional terkait penggunaan gas dan energi terbarukan seperti biogas berpengaruh terhadap permintaan energi di sektor rumah tangga. Pada skenario KEN biogas sudah dibutuhkan dan mencapai 0,6%Pangsanya pada tahun 2030.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Rumah Tangga Skenario KEN

2.2.4. Dalam Sektor Komersil
      Pada skenario KEN diproyeksikan akan meningkat dari 4,9 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 24,0 juta TOE pada tahun 2030 atau meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 8,7% per tahun. Selain berbeda dalam hal pertumbuhannya,pola penggunaan jenis energi baik untuk skenario BAU maupun skenario KEN pada periode 2011-2030 agak sedikit berbeda. Yang membuat berbeda adalah adanya penggunaan BBN pada skenario ini yang pada tahun 2030
diperkirakan bisa mencapai 0,9 juta TOE.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Komersial Skenario KEN

2.2.5. Dalam Sektor Lainnya
          Pada skenario KEN laju permintaan energinya diprakirakan akan lebih rendah dari pada skenario BAU yaitu sebesar 7,2%. Permintaan energi meningkat dari 4,1 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 15,4 juta TOE pada tahun 2030. Pola penggunaan jenis energi untuk kedua skenario tersebut relatif sama dengan pangsa terbesar adalah penggunaan minyak solar.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Lainnya Menurut Skenario KEN

2.2.6. Penggunaan Non Energi
      Pada skenario KEN sektor non energi disini mencakup penggunaan gas sebagai bahan baku industri pupuk dan non bahan bakar (produk kilang lainnya) sebagai bahan baku industri petrokimia. Permintaan energi sektor ini diperkirakan mencapai 38,3 juta TOE pada tahun 2030, meningkat dari 10,1 juta TOE pada tahun 2011 atau tumbuh 7,3% per tahun.
Grafik: Permintaan Non Energi

2.3. Skenario BAU
Skenario Dasar (BAU) adalah skenario prakiraan energi yang merupakan kelanjutan dari perkembangan historis atau tanpa ada intervensi kebijakan Pemerintah yang dapat merubah perilaku historis. Selain asumsi-asumsi dasar yang telah disebutkan sebelumnya, proyeksi penyediaan energi nasional jangka panjang pada skenario BAU memerlukan beberapa asumsi lainnya. Skenario BAU dapat dilihat dalam beberapa sektor yaitu:
2.3.1. Dalam Sektor Industri
          Perkembangan permintaan energi sektor industri 2011-2030 menurut jenis energi final berdasarkan skenario BAU. Berdasarkan skenario tersebut permintaan energi sektor industri meningkat dari 49,9 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 294,8 juta TOE pada tahun 2030 atau rata-rata tahunan pertumbuhan adalah 9,8% pada periode tersebut. Pertumbuhan permintaan energi sektor industri menurut jenis energi finalnya adalah sebagai berikut; batubara 9,5%, listrik 10,3%, gas bumi 11,4%, LPG 9,3%, biomasa 7,0%, dan BBM 9,3%.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Industri Menurut Skenario BAU

2.3.2. Dalam Sektor Transportasi
          Berdasarkan skenario BAU rata-rata tahunan pertumbuhan permintaan energi di sektor transportasi pada 2011-2030 adalah sekitar 6,0%. Permintan energi di sektor transportasi meningkat dari 39 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 119 juta TOE pada tahun 2030. Menurut pangsa jenis bahan bakar maka selama periode tersebut belum banyak bergeser dari kondisi saat ini yang hampir keseluruhan kebutuhan energinya adalah BBM.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Transportasi Skenario BAU

2.3.3. Dalam Sektor Rumah Tangga
      Saat ini permintaan energi rumah tangga (di luar biomasa) didominasi oleh listrik, disusul oleh LPG dan minyak tanah. Dengan kebijakan subsitusi minyak tanah dengan LPG, permintaan energi rumah tangga masa mendatang diperkirakan akan sangat berbeda dengan kondisi saat ini. Berdasarkan skenario BAU, pada periode 2011-2030 permintaan energi sektor rumah tangga akan tumbuh rata-rata 4,3% per tahun . Meningkat dari 12,5 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 28,0 juta TOE pada tahun 2030.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Rumah Tangga Skenario BAU

2.3.4. Dalam Sektor Komersil
          Pertumbuhan permintaan energi di sektor komersial periode 2011-2030 menurutskenario BAU diperkirakan akan tumbuh dari 4,9 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 28,1 juta TOE pada tahun 2030, atau meningkat sekitar 9,6% per tahun. Jenis energi yang dominan disektor ini adalah penggunaan energi listrik. Pada tahun 2030 pangsa penggunaan listrik diperkirkan mencapai sekitar 74,3% dari total penggunaan energi di sektor komersial.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Komersial Skenario BAU

2.3.5. Dalam Sektor Lainnya
      Menurut skenario BAU pada perioda 2011–2030 permintaan energi di sektor lainnya diperkirakan akan tumbuh dari 4,1 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 19,3 juta TOE pada tahun 2030 atau tumbuh rata-rata sebesar 8,5% per tahun. Pangsa terbesar permintaan energi di sektor ini pada tahun 2030 adalah minyak solar (75,4%), diikuti oleh premiun (14,5%), minyak bakar (7,3%), minyak tanah (2,4%), dan sisanya adalah penggunaan minyak diesel.
Grafik: Permintaan Energi Final Sektor Lainnya Menurut Skenario BAU

2.2.6. Penggunaan Non Energi
      Pada skenario KEN sektor non energi disini mencakup penggunaan gas sebagai bahan baku industri pupuk dan non bahan bakar (produk kilang lainnya) sebagai bahan baku industri petrokimia. Permintaan energi sektor ini diperkirakan mencapai 38,3 juta TOE pada tahun 2030, meningkat dari 10,1 juta TOE pada tahun 2011 atau tumbuh 7,3% per tahun.
Grafik: Permintaan Non Energi

2.4. Perbandingan Skenario KEN dan BAU
Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa skenario yang dibuat oleh KEN lebih efisien dari pada skenario yang dibuat oleh BAU. Hal ini jelas menunjukkan bahwa KEN merupakan kebijakan energi nasional yang memang diperuntukkan untuk memprediksi penggunaan energi dimasa yang akan datang. Dari hal ini pemerintah dapat mengambil skenario dari KEN untuk pandangan penggunaan energi dimasa yang akan datang.













BAB 3
PENUTUP

          Skenario penggunaan energi dari tahun ketahun memang penting untuk mengetahui jumlah energi yang dibutuhkan agar tidak terjadi kesenjangan energi, selain itu untuk mengetahui berapa jumlah anggaran dana yang dibutuhkan dalam penyediaan energi. Selain itu kita juga harus menghemat energi agar bahan bakar fosil tidak cepat habis.
            Demikianlah materi yang saya tuliskan, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena penulis masih belum berpengalaman dan kurangnya sumber materi yang didapat yang sesuai dengan judul makalah ini.
            Segalah puji bagi allah swt masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama untuk penulis sehinggah penulis dapat menyelasikan makalah ini.


















BAB 4
KESIMPILAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN
Skenario penggunaan energi yang dibuat oleh KEN lebih efisien dibanding dengan skenario penggunaan energi yang dibuat oleh BAU

4.2. SARAN
Sebaiknya kita lebih bijak dalam penggunaan energi agar tidak terjadi peningkatan penggunaan energi dari tahun ketahun.






















DAFTAR PUSTAKA

Karno, W. 2012. Kajian Indonesia Energi Outlock. Pusat Data Dan Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral: Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral. ± 95 hlm.