BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik atau berdarah dingin yang hidup di
air dan bernapas dengan insang.
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih
dari 27.000 di seluruh dunia. Untuk meneruskan keturunan tentu saja ikan perlu
bereproduksi. Testis adalah organ reproduksi
jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang belakang. Testis
ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan
suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan
tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak
melalui vas
deferens menuju celah atau lubang urogenital (Hibiyah, 1982).
Testis pada ikan berjumlah
sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium.
Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan
seringkali berlobus. Pisces mempunyai karakteristik yautu kulit mengandung
glandulae atau kelenjar lendir tertutup oleh squama atau sisik. Ekstimitas
berupa sirip, sirip mempunyai fungsi untuk membantu ikan dalam proses berenang.
Ada beberapa ikan yang bernapas dengan menggunakan paru-paru diantaranya
lumba-lumba. Mulut terdapat pada ujung muka, berupa cala mulut atau rima oris.
Hidung pada ikan masih berupa fovea nasilis (cekungan hidung), terdapat
sepasang pada bagian dorsal mulut dan belum mempunyai hubungan dengan rongga
mulut (Stoss, 1983).
Secara morfologi alat kelamin ikan jantan dan betina berbeda, misalnya saja ikan baung. Jenis kelamin ikan baung dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan membelah perut dan memeriksa gonadnya dan dengan mengamati ciri-ciri morfologis. Gonad ikan baung betina dan ikan baung jantan terletak di rongga perut bagian dorsal intestin. Gonad ikan baung barn dapat diperiksa setelah ikan baung tersebut dengan berat 90 gr atau kira-kira panjangnya 20 cm. Oleh karena itu, ikan baung yang lebih kecil dari ukuran tersebut dapat dibedakan dengan mengamati lobang genital (Grier, 1992).
Saluran reproduksi pada elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Bahian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka secara terpisah. Proses fertilisasi pada ikan ada dua cara, yakni pembuahan di dalam (internal fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization). Namun demikian kebanyakan jenis ikan melakukan pembuahan diluar atau external fertilization (Stoss, 1983).
Pada ikan baung jantan, lobang
genital agak memanjang dan terdapat bagian yang meruncing ke arah caudal. Alat
ini merupakan alat bantu untuk mentransfer sperma. Sedangkan pada ikan betina,
lobang genitalnya berbentuk bulat. Lobang genital ini akan berwama
kemerah-merahanjika ikan baung betina tersebut telah mengandung telur. Kromosom
berjumlah 23 pasang yang terdiri atas 2 pasang kromosom metasentrik, 6 pasang
kromosom akrosentrik, dan 15 pasang kromosom telosentrik. Adapun yang ada pada
bagian ini antara lain adalah anus, sirip dubur, sirip dan ekor (Selman, 1992).
Bagian
caput yakni bagian dari
ujung mulut terdepan hingga hingga ujung perculum paling belakang. Adapun organ
yang terdapat pada bagian kepala ini antara lain adalah mulut, rahang, gigi,
sungut, cekung hidung, mata, insang, perculum, otak, jantung. Jantung terdiri atas satu serambi dan satu bilik. Bagian truncus yakni dari ujung perculum paling belakang sampai
pangkal awal sirip belakang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur.
Organ yang terdapat pada bagian ini antara lain adalah sirip punggung, sirip
dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus, ginjal, gonad, gelembung
renang, dan sebagainya. Bagian caudal, yakni
bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang atau dubur sampai
dengan ujung terbelakang sirip ekor (Hibiyah, 1982).
1.2. Tujuan Paraktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi serta mempelajari beberapa
sistem tubuh dari beberapa anggota kelas pisces.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bentuk
tubuh atau morfologi ikan erat kaitannya dengan anatomi. Ikan air tawar
memiliki beberapa mekanisme fisiologi yang tidak dimiliki oleh wewan darat.
Perbedaan habitat memimiliki perbedaan
organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Ikan memiliki
kemampuan untuk mengetahu arus karena ikan dilengkapi oleh organ yang bernama
linea lateral. Ikan juga mampu membedakan kosentrasi antara medium tenang hidup dan kosentrasi tubuh
memaksa ikan melakukan osmoregulasi untuk mempertahankan kosentrasi cairan tubuh
akibat disfusi dan osmose (Grier, 1992).
Perkembangan gamet betina atau
disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali dengan
berkembang berkembang dengan berkembang biaknya oogenium beberapa kali melalui
pembelahan mitosis, untuk memassuki tahap oosit primer selanjutnya terjadi pembelahan
oosit sekunder dan polar bodi I. Melalui meosis II oosit sekunder membelah menjadi
oosit dan polar bodi II. Oogenesis adalah peroses kompleks yang secarah seluruh
merupakan penggumpalan kuning telur. Secara substansi kuning telur terdiri dari
tiga bentuk, yakni: kantung kuning telur, butiran kuning telur, dan tetesan
minyak. Kantung kuning telur berisi glikoprotein, dan pada perkembangan selanjutnya,
menjadi kortikal alveoli (Hibiyah, 1982).
Butir-butir
kuning telur ini terdiri atas lipoprotein, karbohidrat dan karoten. Oil droplet
terdiri atas gliserol dan sejumlah kacil kolesterol. Penyimpanan gamet di luar
tubuh ikan jantan telah lama dilakukan. Penyimpan gamet di luar tubuh ikan akan
diperoleh beberapa keuntungan di antaranya, dapat mengurangi jumlah ikan jantan
yang dipelihara, dapat dilakukan pembuahan buatan, memudahkan untuk melakukan
persilangan antara jenis-jenis ikan yang waktu matang gonadnya berbeda,
memudahkan penerapan teknologi ginogenesis, androgenesis, poliploidisasi, dan
sebagainya (Stoss, 1983).
Pembentukan telur ikan meliputi beberapa tahap yakni tahap awal pertumbuhan, tahap pembentukan kantung kuning telur tahap vitelogenesis dan tahap pematangan. Pembentukan tahap awal dengan terjadinya proses pelepasan hormon gonadotropin yang bercirikan bertambahnya ukuran nukleus dan jumlah nukleolus. Sejumlah besar RNA tersimpan dalam sitoplasma sel telur sebagai bekal bagi embrio untuk menghasilkan protein dari dirinya sendiri sebagai cadangan. Pada ikan baung jantan, lobang genital agak memanjang dan terdapat bagian yang meruncing ke arah caudal. Alat ini merupakan alat bantu untuk mentransfer sperma. Sedangkan pada ikan betina, lobang genitalnya berbentuk bulat (Selman, 1992).
Perkembangan gamet jantan meliput perkembangan kelenjar kelamin dan saluran kelamin. Kelenjar klamin jantan disebut testis. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal epitelium. Spermatozoa yang dihasilkan dalam lobul yang dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif. Saluran sperma terdiri dari dau bagian yaitu bagian pertama terdiri dari berbatsan dengan testis, berguna untuk membuka lobul dan bagian lainnya adalah saluran sederhana yang menghubungkan bagian postesior testis ke genital papilla (Hibiyah, 1982).
Ormeregulasi adalah upaya hewan air
untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau
suatu proses pengaturan tekanan osmose. Hal ini penting dilakukan terutama oleh
organisme perairan dikarenakan harus terjadinya keseimbangan antara substansi
tubuh dan lingkungan, membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya
beberapa substansi yang bergerak cepat, dan adanya perbedaan tekanan osmose
antara cairan tubuh dan lingkungan. Karena itu tidak ada organisme yang hidup
pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi. Sedangkan pada ikan laut, beberapa
diantaranya hanya melakukan sedikit
upaya untuk mengontrol makanan osmose dalam tubuhnya dikarenakan cairan tubuh
menyerupai garam laut (Grier, 1992).
Semakin jauh antara perbedaan
tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak upaya adaptasi,
namun tetap ada batasan toleransi, karena itu pengetahuan sangat penting dalam
mengelolah kualitas air media pemeliharaan, terutama salinitas. Ada tiga pola
regulasi ion dan air, yakni regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu
pengeturan secar aktif kosentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari
kosentrasi media. Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengeturan secara aktif
cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media. Regulasi isotonik atau
isoosmotik, yaitu bilah konsentrasi media, misalnya ikan-ikan yang hidup di
daerah estuari (Hibiyah, 1982).
Pisces mempunyai karakteristik yautu kulit mengandung glandulae atau kelenjar lendir tertutup oleh squama atau sisik. Ekstimitas berupa sirip, sirip mempunyai fungsi untuk membantu ikan dalam proses berenang. Ada beberapa ikan yang bernapas dengan menggunakan paru-paru diantaranya lumba-lumba. Mulut terdapat pada ujung muka, berupa cala mulut atau rima oris. Hidung pada ikan masih berupa fovea nasilis (cekungan hidung), terdapat sepasang pada bagian dorsal mulut dan belum mempunyai hubungan dengan rongga mulut. Testis pada ikan berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus (Stoss, 1983).
Testis adalah organ reproduksi
jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang belakang. Testis
ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan
suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan
tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan
bergerak melalui vas deferens menuju celah atau lubang urogenital. Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik atau berdarah dingin yang hidup di
air dan bernapas dengan insang.
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam di seluruh dunia.
Untuk meneruskan keturunan tentu saja ikan perlu bereproduksi (Hibiyah, 1982).
Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju
kloaka secara terpisah. Proses fertilisasi pada
ikan ada dua cara, yakni pembuahan di dalam (internal fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization). Namun
demikian kebanyakan jenis ikan melakukan pembuahan yang dilakukan berada
diluar atau external fertilization.
Saluran reproduksi, pada elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian
anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen.
Bahian posterior duktus aferen berdilatasi
membentuk vesikula
seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di
kloaka (Stoss, 1983).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11
Maret 2015 pukul 13.00 WIB sampai dengan
16.00 WIB. Bertempat
di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki bedah, buku kerja,
dan gunting bedah. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Anabas testudineus, Cyprinus caprio, Claria batrachus, Colosoma
macropoma, Heleostoma teminchiki, Ophiocepallus striatus, Oreocormis niloticus,
Pangasiu pangasius, Trichogaster pectoralis.
3.3. Cara Kerja
ikan
disiapkan dan kemiduan letakkan di atas baki bedah. Laluh diamati morfologi
yang menjadi ciri khas dari masing-masing ikan seperti jenis sisik, jumlah
sirip, dan jenis sirip. Salah satu jenis ikan dibedah dan diamati anatomi ikan
serta sistem tubuhnya. Gambarkan dalam buku kerja.
No comments:
Post a Comment